Cinta adalah keindahan yang menjerat imaji manusia dalam gulungan kebahagiaan tak berkesudahan. Cintalah yang membuat manusia membuka mata batinnya, menghidupkan nafsu spiritualnya, membuatnya tangguh setangguh batu karang lalu menghantarkan manusia menjadi kesejatian makhluk yang tertinggi. Maha Penyayang Allah yang telah membersitkan sedikit rasa cintaNya ke dalam tiap dada ciptaanNya. Alhamdum lillah.
Dan kisah
yang menakjudkan ini bermula dari cinta. Rasa cinta menjadi hilir sebuah
perjalanan panjang penuh keratan duka dan bahagia, saling mewarnai. Memberi
pengaruh pada sebuah kepribadian paling sempurna yang pernah ada. Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul
Muthalib. Barangkali, tidak ada pernyataan yang cukup pas untuk menggambarkan
keseluruhan kepribadian Rasulullah, Muhammad sang
Utusan. Karena begitu menakjudkannya seluruh episode kehidupan Beliau.
Bahkan jauh
sebelum kelahiran Muhammad, ketika seluruh mahkluk di dunia ini belum di
ciptakan Tuhan, Muhammad telah didesain untuk menjelma menjadi khalifah
tertinggi. Maha Suci Allah yang telah menetapkan sejarah itu dengan begitu
indahnya. Ketetapan Allah jualah yang selayaknya kita yakini dan kita hirup
hikmah dibalik semua peristiwa itu. Bukankah Allah tidak pernah membuat
keputusan yang sia-sia? Segala yang terjadi pasti memiliki makna yang luas dan
dalam, yang tentu saja semua itu berpulang kepada kita bagaimana menarik
pelajarannya.
Sejarah
kehidupan Muhammad memang menyisakan keheranan sekaligus kekaguman besar dari
umat manusia. Namun, sejarah spitirualisme Sang Nabi pun tak kalah hebatnya
untuk patut kita jadikan teladan. Bahkan barangkali, sisi inilah yang paling
pas untuk kita serap hakikatnya.
Ketika semua dimensi kehidupan manusia sudah semakin termaterialiskan, ketika nafsu spiritualime manusia tersedot hingga ke dasar, pun ketika manusia tidak mampu lagi mengenali keberadaan Tuhan. Agama direduksi sedemikian rupa sehingga tinggal bayang-bayang yang mengelabui.
Saat inilah kita seharusnya semakin berpegang erat pada kehanifan Islam. Mengikatkan diri pada Kalam Allah dan sunnah Rasul. Sehingga mudah-mudahan kita masih bisa termasuk pada golongan orang-orang yang akan berada di barisan Muhammad, ketika kita menujuNya.
Ketika semua dimensi kehidupan manusia sudah semakin termaterialiskan, ketika nafsu spiritualime manusia tersedot hingga ke dasar, pun ketika manusia tidak mampu lagi mengenali keberadaan Tuhan. Agama direduksi sedemikian rupa sehingga tinggal bayang-bayang yang mengelabui.
Saat inilah kita seharusnya semakin berpegang erat pada kehanifan Islam. Mengikatkan diri pada Kalam Allah dan sunnah Rasul. Sehingga mudah-mudahan kita masih bisa termasuk pada golongan orang-orang yang akan berada di barisan Muhammad, ketika kita menujuNya.
Jelas
sekali, dalam diri Muhammad, terkandung kecerdasan luar biasa yang bisa kita
jadikan rujukan. Dan dari sisi manapun, baik dari keimanan, sikap, intelektual
hingga emosi Muhammad terbukti memiliki skala yang tinggi. Semua itu tentu saja
tidak tercipta secara sim sa la bim. Nabi menjadi manusia paling shaleh
bukanlah karena mukzizat Allah. Melainkan karena beliau telah teruji kedalaman
imannya. Karena, bukankah Allah tidak akan menerima begitu saja keimanan
seseorang tanpa mengujinya terlebih dahulu?
Apakah
manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS Al Ankabuut, ayat 2)
“Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, dan digoncangkan berbagai cobaan
Sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya,
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (QS AL Baqarah, ayat 214)
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS Al Ankabuut, ayat 2)
“Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, dan digoncangkan berbagai cobaan
Sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya,
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (QS AL Baqarah, ayat 214)
0 komentar:
Posting Komentar